Mekar Kembali

1

Kilas balik
     Aku terduduk pada bangku taman sembari memandangi langit senja, melayangkan jauh pikiran ku pada dunia luar, bertanya bagaimana jadinya nanti. Guratan-guratan warna jingga keunguan menandakan datangnya malam, dan rasa gemuruh ini masih setia mengisi relung kosong yang ada dalam hati. Ternyata membuat keputusan besar dalam hidup tak semudah dalam novel-novel yang kubaca, semuanya akan datang dan berlalu begitu cepat.  

     Saat kuputuskan untuk pergi, aku kembali teringat manusia dingin itu dan kembali tak ingin untuk melangkah. Aku paham benar yang memiliki perasaan ini hanya aku saja, tapi aku tetap berharap suatu saat perasaan ini dapat terbalas. Ah, ku rasa penghargaan manusia ter-melankolis akan jatuh padaku kali ini. 
     
    "Loh, belum berangkat?” 
     Suara itu menginterupsi lamunanku. Bibir ku kelu, berurusan dengan perempuan gila ini makin membuat runyam urusanku. Nampak seringaian kecil di sudut bibir nya saat mengucapkan kalimat barusan. 
     “Belum, kenapa?” Aku bangkit dari bangku dan berbalik menatapnya sambil memasang badan bak orang paling pemberani. 
     "Ngga papa, cuma tanya doang. Paling nggak aku bisa kasih hadiah kecil untuk mu sebelum kabur dari sini, pfft…" Sepertinya aku akan mendapat memar baru di tubuhku, tak apa ini yang terakhir kalinya aku akan menjadi korban. Aku akan kembali pulang saat aku sudah siap menghadapinya nanti. 
"Ini dia." Tangannya terulur dan meraih rambutku, menariknya, dan seperti biasa... membawaku ke tempat yang biasa dia kunjungi bersama teman nakalnya.

• 19:15 
‘Ketuk, ketuk, ketuk’
     “Bentar !” 
Aku bergegas menutupi badanku yang memar dan lecet dengan jumper oversize serta celana tidur panjang. Kupaksakan badanku ku untuk beranjak dari depan cermin untuk membuka pintu. 
     “Siap—” Kalimatku terhenti, sedikit terkejut mengetahui fakta bahwa pria ini yang barusan mengetuk pintu kamarku. 
     "Mau ngomong bentar” Chanyeol memaksa masuk ke dalam kamarku lalu mendudukkan dirinya di pinggir ranjang tanpa persetujuanku. 

     Ekspresi mukanya benar-benar datar, untung saja aku sudah terbiasa dengan sikapnya yang kelewat masa bodoh. Sejujurnya ingin sekali ku gorok sedari lama tenggorokannya itu. Aku menyilangkan kedua tanganku didepan dada dari ambang pintu kamar, menunggunya untuk membuka topik pembicaraan.  

     “Jadi berangkat?”  
     “Iya” Ku jawab seadanya pertanyaannnya itu, aku sedang tidak mood untuk berbicara.  
Dia tampak menarik nafas panjang karena jawabanku barusan, matanya menyelidik tubuhku dari atas sampai bawah. Chanyeol berdiri dan menghampiriku. Tiba-tiba saja tangannya mendekap erat tubuhku,  
     “K-kenapa?”sedikit terkejut dengan perlakuannya yang tiba-tiba. Kurasa aku tak bisa meninggalkannya, tapi dengan semua sakit yang diberikannya…  
     "Maaf” Hatiku sedikit perih mendengar perkataannya barusan. 
     “Kenapa minta maaf? Emang kamu salah apa?” Chanyeol melepaskan dekapannya padaku, meninggalkanku sendiri di ambang pintu. Kupikir hanya kaum perempuan saja yang doyan untuk bermain teka-teki seperti ini, benar-benar laki-laki langka yang rumit. 

  
** *

     Satu kata untuk mendeskripsikan suasana saat ini. Sunyi. Tak ada dari kami yang membuka pembicaraan setelah kejadian di bandara tadi. Hanya suara musik dari radio mobil yang mendominasi. Aku juga enggan membuka topik pembicaraan. Aku sudah paham dia pasti akan menjawab ‘Iya, hm, atau enggak’. Ngapain susah-susah cari topik pembicaraan kalau akhirnya nggak dihargai juga. Lagi pula Chanyeol termasuk orang yang nggak cukup seru untuk diajak mengobrol, apalagi membahas topik yang nggak terlalu penting baginya.  

     Chanyeol membawaku kesebuah tempat makan langgananku dulu semasa masih sekolah. Tak ada sama sekali yang berubah dari ruko berukuran 4x6 meter ini walaupun diapit oleh beberapa bangunan bertingkat disampingnya. Aku tak habis pikir kenapa tak menjual ruko ini saja dan beralih profesi menjadi tuan tanah atau… 

     “Hey!” Aku tersentak. Chanyeol mengetuk kaca mobil dari luar tanda menyuruhku untuk keluar. Ah! Kenapa hari ini aku sering sekali melamun. 

     Aku bergegas keluar dari mobil dan segera mengambil tempat untuk makan. Aku mengambil tempat duduk tepat disamping dinding dekat pintu masuk dan memilih posisi duduk yang membelakangi tempat parkir dan jalan raya.

     Setelah memesan makanan kami masing-masing, sunyi lagi yang mendominasi. Mau tidak mau kali ini aku harus membuka percakapan, setidaknya ada interaksi diantara kami. 
     “Kerjaan gimana?” Apakah aku terlalu lancang jika menanyai nya langsung tentang pekerjaan? Toh dulu kami cukup dekat, tak ada salahnya bertanya seperti itu kan? 
     "Nggak ada yang spesial, cuma gitu-gitu aja.” Sungguh hanya itu jawabannya? Apa dia nggak tertarik menanyakan tentang pekerjaan ku juga? Astaga, paling tidak dia menjawab sedikit lebih panjang.

     Ah… harusnya aku tahu akan jadi seperti ini. Aku sudah seperti HRD yang sedang mewawancarai calon pegawai yang tegang saat mengobrol dengannya. Seandainya begitu, aku juga lebih memilih untuk melakukan wawancara daripada mengobrol dengannya. 

    Makanan yang ku pesan datang. Dari pada memikirkan topik selanjutnya untuk berbicara dengannya aku lebih baik makan saja bukan?  

   “Oh! Yeoli!” Aku ikut menoleh, kulihat perempuan dengan setelan kantor berwarna hitam dan putih menghampiri Chanyeol. Dia langsung mendudukkan dirinya disamping Chanyeol dan dengan santainya menyenderkan kepalanya pada Chanyeol.

photo
Bersambung~~
ERI!!! Jangan lupa vote untuk Suho di Kontes Artis Solo Terbaik(。•̀ᴗ-)✧