Sampai jumpa lagi

Lubang Pohon

Di masa lalu, jika orang memiliki rahasia yang tidak dapat mereka ceritakan kepada orang lain, mereka akan pergi ke pegunungan, mencari lubang pohon, dan membisikkan rahasia mereka ke dalamnya. Kemudian mereka akan menutup lubang pohon itu agar tidak ada orang lain yang tahu.

Namun, setelah selesai membaca cerita itu, saya tidak bisa tenang dan gelisah sepanjang malam, tidak bisa tidur.

"Akankah seseorang mengenali saya? Akankah ada yang tahu bahwa ini saya?" Pertanyaan-pertanyaan ini terus terngiang di benak saya.

Bagaimana aku bisa menggambarkan kisah itu? Sederhananya, itu adalah kisah tentang menyukainya, tetapi dia tidak tahu. Bukankah seperti itulah cinta yang tak berbalas? Apakah dia tahu atau tidak, itu tidak penting; selama aku menyukainya, itu sudah cukup. Aku tidak pernah memberi tahu siapa pun, menyimpan percikan ketertarikan awal itu jauh di dalam hatiku.

Bagaimana saya bisa menceritakan kisah itu? Saya rasa saya sebaiknya mencari orang asing untuk menceritakan kisah itu.

Internet adalah pohon raksasa, dan orang asing itu adalah lubang tempat pohon itu menerima pesan.

Melihat pesan pribadi dari seseorang yang tidak saya ikuti, "Kamu ada di Mimpi Menglong," pikiran saya langsung terlintas di benak saya seperti yang telah disebutkan di atas.

Katakan saja, toh itu bukan apa-apa.

"Saya seorang penulis daring yang senang merekam berbagai kisah orang. Saya sangat tertarik dengan kisah Anda, itulah sebabnya saya mengirimkan pesan pribadi ini. Saya punya permintaan, dan saya tidak tahu apakah Anda bersedia mendengarkannya," kata blogger itu.

"Halo, lubang pohonku."

"Aku senang bisa menjadi orang kepercayaanmu."

Sebuah pesan datang dari ujung sana; mungkin sesuatu sedang berubah secara diam-diam.