Malam ketika bintang-bintang menghilang
Jalan Kunang-kunang

밤토린데여
2025.05.22Dilihat 11
Begitu saya mendapatkan kunci ketiga, sebuah bintang kembali bersinar di langit.
Cahaya kecil, namun harapan yang pasti.
Saat aku berjalan di sepanjang cahaya itu, kunang-kunang mulai membentuk jalan.
Cahaya yang tak terhitung jumlahnya melayang dalam kegelapan dan mengarah ke satu arah.
Tempat itu adalah… sebuah ‘panggung yang hilang.’
Sebuah ruangan yang menyerupai aula konser raksasa. Lampu panggung dimatikan, dan penontonnya kosong.
Namun di lantai, jejak kaki yang familiar. Jari-jari kaki yang terlatih, keringat, napas.
Terdapat jejak-jejak waktu yang telah berlalu.
“Inilah… panggung kita,” bisik Huening Kai.
“Tapi mengapa aku begitu kesepian…”
Di atas panggung, hanya satu lampu yang menyala.
Di bawah cahaya itu berdiri bayangan keenam yang telah mereka lupakan.
Pakaian putih, rambut putih. Dan senyum sedih.
“Aku juga berdansa denganmu.”
“Tapi perlahan-lahan… aku tidak bisa mendengar suara itu lagi.”
Anak itu mengulurkan tangannya.
“Apakah aku harus menghilang agar kau bisa menjadi sempurna?”
Para anggota terdiam. Emosi yang meluap di hati mereka terasa seperti akan meledak.
“Itu tidak benar.” Subin melangkah maju.
“Kami… baru sekarang teringat bahwa kau ada. Sudah larut malam, tapi kami tidak pernah melupakanmu.”
Air mata menggenang di mata anak itu.
“Aku ingin mendengarnya.”
Panggung mulai berguncang.
Masa lalu kita terlintas di depan mata. Hari-hari ketika kita ingin menyerah, malam-malam ketika kita berpelukan.
Kurasa ini akan segera berakhir ㅜㅜ
Aku kehabisan topik...ㅜ
Silakan sarankan sebuah topik!