Bisikan Sayap Hitam

EP. 2 - Bisikan

Lampu-lampu kota masih menyala terang.
Namun, mereka tidak lagi terasa hangat.



Angin telah berhenti. Suara mobil telah lenyap.
Langit membentang gelap dan pekat di atasnya—
kosong, tanpa bintang.



Mari berdiri sendirian, seolah-olah dia telah terputus dari dunia.



Bocah bersayap hitam itu—Sunoo—menatapnya dari atas.
Mata peraknya tidak menunjukkan pengertian, tidak ada rasa iba.


photo


"Kamu melompat karena ingin mati."
Kata-kata pertamanya masih terngiang di telinganya.



Mari tidak menjawab.
Dia tidak bisa memikirkan alasan untuk menjawab.
Tidak ada alasan. Tidak ada pembenaran.



Ya. Aku ingin mati.



IniKematian tidak menerimanya.



"Semua manusia seperti kamu sama saja,"

Sunoo berbicara. Suaranya rendah dan tenang.
"Ketika hidup hancur, kamu mencoba lari menuju kematian."



"Tapi ada sesuatu yang tidak kamu mengerti."

HDia membuka telapak tangannya.
Sebuah simbol gelap berdenyut di atasnya.



"Pilihanmu telah menjadi dosa."



Mari mengerutkan kening.

"Tanpa?"



Tatapannya mengeras.

"Mereka yang mencoba mengakhiri hidup mereka sendiri tidaklah bebas—bahkan dalam kematian sekalipun."

Pilihanmu menuntut konsekuensi."



Mari mencoba mundur—
tetapi tubuhnya tidak bergerak.
Bahkan waktu pun telah mengkhianatinya.


"Jika kau benar-benar ingin mengakhirinya,"

Sunoo melanjutkan,

"Jiwamu pasti sudah ditelan oleh kehampaan."



"Tapi kamu tidak memilihnya."
Kamu lari."



"SAYA-!"


Mari mencoba protes, suaranya bergetar karena marah dan takut.



"Kau mencoba bunuh diri."

"Dan kamu gagal."



Lambang di atas telapak tangannya melesat ke arah pergelangan tangannya.
Dia tidak bisa menghindarinya.



"Mulai sekarang, kamu akan membantuku."


"Bimbinglah jiwa-jiwa yang menolak meninggalkan dunia ini."


"Tidak masalah apakah kamu ingin hidup atau tidak. Pilihan itu sudah hilang."




Tanda itu membekas di kulitnya.
Dingin.
Dan sangat berat.



Bahkan kebebasan untuk mati pun telah dirampas darinya.



“…Ini kejam,”
gumamnya.

"Aku tidak ingin hidupe. Mengapa—?"



Sunoo menatapnya dengan tenang.
Untuk sesaat—
hanya sesaat—
Secercah kesedihan melintas di matanya.


photo


"Ada banyak orang yang harus hidup meskipun mereka tidak menginginkannya."

"Sekarang kau salah satu dari mereka."