Mengapa lelaki di sebelah rumah terus tertawa?

Mengapa Pria Sebelah Rumah Terus Tersenyum? Episode 1

Han Seo-yeon tulus dalam menjalani kehidupannya sebagai orang biasa.

 

Saya bangun jam 7 pagi, membuat Americano hangat, dan mendengarkan podcast yang sama dalam perjalanan ke tempat kerja.

 

Di kantor, saya bergulat dengan Excel dalam diam, dan ketika pulang kerja, saya makan ramen sendirian dan menonton TV sambil makan telur.

Kehidupan sehari-harinya tenang dan stabil, tanpa banyak perubahan. Setidaknya, sampai dia pergi ke luar negeri untuk belajar.

 

Seoyeon pergi belajar ke Australia karena alasan sederhana, yaitu ingin merasakan dunia yang lebih luas.

Dan pada hari pertama saya tiba, teman sekamar yang saya temui di kamar asrama yang asing itu tak lain adalah Felix.

 

Rambut pirang, mata yang ceria, dan seperti itulah sejak sapaan pertama.

 

[스키즈 필릭스 빙의글]- 옆방 남자는 왜 자꾸 웃는 걸까? 1화

 

"Hai! Aku Felix. Apa kamu tidak masalah dengan dengkuranmu? Aku juga sedikit mendengkur."

Seoyeon menghela napas dalam hati. "Untungnya, tidak seperti itu."

 

"Oh, jadi kamu orang Korea? Kamu suka banget makanan Korea. Ayo kita makan bareng nanti."

 

"...Aku akan mulai dengan membersihkan kamarku."

 

Felix tersenyum dan mengangguk. "Aku mengerti, Tuan Teman Sekamar yang Tegas."

 

Seoyeon mengira Felix hanya bercanda. Namun, seiring mereka berbagi dapur, berbelanja bersama, dan menghabiskan hari-hari di tempat yang sama, Felix perlahan menjadi sosok yang akrab.

 

Pada suatu malam yang hujan, Seoyeon menawarkan handuk kepada Felix ketika ia pulang tanpa membawa payung.

 

"Kamu tidak membawa payung lagi? Sudah berapa kali ini terjadi?"

"Aku suka saat hujan. Suasananya terasa nyaman. Dan kau memberiku handuk. Rasanya seperti drama."

 

[스키즈 필릭스 빙의글]- 옆방 남자는 왜 자꾸 웃는 걸까? 1화

Seoyeon terkekeh."Drama itu tidak akan mendapat rating bagus."

 

Malam itu, Felix berbicara dengan hati-hati."Seoyeon, aku jarang mengatakan ini... tapi hal terbaik tentang ruangan ini akhir-akhir ini adalah kau ada di sini."

 

Seoyeon tidak bisa menjawab. Jantungnya berdebar kencang. Dia tidak menyadari bahwa kata-katanya, "kamar kita," akan terdengar begitu hangat.

 

Kehidupan biasanya mulai goyah, sedikit demi sedikit, di jalanan Australia yang asing. Dan sekarang, dia tidak membenci kekacauan itu.